PROGRAM KEREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM-M)
WAYANG SAMPAH SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI MITIGASI BENCANA SEJAK DINI
DI KAWASAN RAWAN BENCANA SINDUMARTANI
Kerjasama dengan Pemerintahan Desa |
BAB I
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
A.
Gambaran
Umum Masyarakat Sasaran
Desa
Sindumartani terdiri dari sebelas padukuhan yaitu Kentingan, Kalimanggis,
Tambakan, Kejambon Lor, Kejambon Kidul, Kayen, Plumbon, Ngerdi, Pencar, Ngasem
dan Koripan. Dari sebelas padukuhan tersebut yang dinyatakan aman hanya tiga
yaitu Pencar, Ngasem dan Koripan. Masyarakat sasaran program ini adalah
anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang ada di Desa
Sindumartani. Sebagian besar warga
tinggal dibantaran Sungai Gendol yang menjadi jalur lahar dingin dan rata-rata
tempat tinggalnya sangat berdekatan dengan tanggul. Meskipun banjir lahar
dingin yang berupa material utama lumpur, pasir, batu dan disertai material
tambahan kayu hanya di anggap bahaya sekunder, namun sangat membahayakan
kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Gendol. Lahar dingin
berpotensi meluap kepemukiman warga sehingga ketika terjadi banjir warga yang
tinggal di KRB harus selalu waspada.
Mayarakat yang
tinggal di daerah rawan bencana tidak mau direlokai di daerah yang lebih aman.
Mereka merasa bahwa tanah yang dipijaknya merupakan sumber mata pencaharian.
Hal tersebut terjadi karena masyarakat sudah nyaman tinggal di bantaran sungai
dan pencaharian masyarakat sesuai dengan potensi lingkungan yang ada. Jadi mau
tidak mau anak-anak di sana tetap tinggal di daerah rawan bencana Sindumartani.
Pada tahun 2014
desa ini mulai dirintis menjadi desa tangguh bencana. Banyak Pendidikan dan
pelatihan mitigasi bencana yang diberikan yang diberikan kepada masyarakat yang
tinggal di KRB Sindumartani, namun belum ada pendidikan mitigasi bencana untuk
anak-anak. Anak-anak yang tinggal di wilayah KRB Sindumartani tidak tahu
bagaimana cara menyikapi bencana. Anak-anak sering mengalami trauma bencana dan
salah menyikapi bencana. Trauma bencana terjadi karena mereka belum mempunyai
mental yang siap menghadapi bencana padahal mau tidak mau mereka harus akrab
dengan bencana tersebut. Salah menyikapi bencana dapat terlihat dari anggapan
akan-anak bahwa bencana itu sesuatu hal yang mengerikan dan merusak, padahal
anak dapat menyikapi bahwa bencana itu sebuah anugrah. Bencana tidak
semata-mata hanya membawa dampak negatif namun juga membawa dampak positif
asalkan mereka tahu cara menyikapi yang benar. Oleh karena itu, Anak-anak perlu
memperoleh pendidikan mitigasi bencana sesuai dengan tahap perkembangan.
Masyarakat
Sindumartani yang tinggal di bantaran sungai sering membuang sampah di Sungai
Gendol. Meskipun sudah ada larangan dari pihak desa, namun masih banyak
masyarakat yang melanggarnya karena keterbatasan lahan yang dimiliki dan lebih
mudah dilakukan. Hal itu menyebabkan penumpukan sampah dipinggir sungai. Jika
kebiasaan buruk masyarakat tidak segera ditangani, hal tersebut dapat merusak
pemandangan dan mengganggu aliran lahar yang melewati sungai tersebut.
Anak-Anak di sana belum memilki kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan
sekitar dimana mereka berada.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Program-program
yang diselenggarakan pemerintah belum pernah menyentuh mitigasi bencana bagi
anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB)
2. Perlu
adanya pendidikan mitigasi bencana bagi anak-anak sesuai dengan tahap
perkembangannya
3. Masyarakat
Sindumartani yang tinggal di bantaran sungai sering membuang sampah di Sungai
Gendol sehingga merusak pemandangan dan mengganggu aliran lahar yang melewati
sungai tersebut.
C.
Alternatif
Pemecahan
Berdasarkan
identifikasi permasalahan di atas dapat diatasi dengan alternative pemecahan
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan
pendidikan mitigasi bencana bagi anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan
Bencana (KRB).
2. Menyelenggarakan
pendidikan mitigasi bencana dengan metode sadar bencana yaitu pemberian
pengetahuan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa bosan dan digurui
melalui naskah pementasan.
3. Membuat
wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini.
BAB II
METODE
PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan yang
digunakan dalam program wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana
sejak dini adalah persiapan, pelaksanaan, evaluasi program dan tindak lanjut.
Metode pelaksanaan tersebut diuraikan dalam tahap-tahap pelaksanaan program
sebagai berikut:
A.
Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
adalah persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum dilakukan untuk
mempersiapakan perizinan dan kerjasama, sedangkan persiapan khusus untuk
mempersiapakan kegiatan sebelum pementasan.
1.
Persiapan
Umum
Persiapan umum meliputi perizinan,
kerjasama dengan pihak terkait seperti taruna siaga bencana (tagana), lembaga TPA
Al-Muhajirin, PAUD SPS Permata Bunda Kejambon Kidul dan pihak kelurahan.
Sedangkan persiapan khusus meliputi pelaksanaan pelatihan membuat wayang dari
sampah dan belajar naskah.
2.
Persiapan
Khusus
Persiapan khusus
meliputi sebagai berikut:
a. Sosialisasi
Program dan penyampaian materi dasar
Bentuk sosialisasi program ini berupa
penyebaran pamflet dan brosur, serta seminar bagi masyarakat dan
anak-anak. Tujuan dari sosialisasi ini
adalah untuk memperkenalkan gagasan tentang pentingnya mitigasi bencana sejak dini
dan program wayang sampah sebagai media sosialisai mitigasi bencana sejak dini.
Sosalisasi program dilaksanakan di Joglo Sindumartani dengan peserta
anaka-anak, orang tua dan tokoh masyarakat. Sosialisasai program terdiri dari
penyampaian pentingnya mitigasi bencana sejak dini, penyadaran bahwa mereka
tinggal di kawasan rawan bencana oleh tagana dan sosialisasi program.
b. Pelatihan
membuat wayang sampah
1) Persiapan
alat meliputi alat tulis kantor, LCD dan Screen, white board, laptop, sarana
dokumentai, sarana dan prasarana tempat pelatihan. Persiapan bahan meliputi
perangkat pembelajaran, materi dan alat evaluasi.
2) Pelaksanaan
pelatihan membuat wayang sampah
Pelatihan pembuatan wayang dari sampah
terdiri dari 3 tahap yaitu pelatihan tahap 1, tahap 2 dan tahap 3. Pelatihan
tahap 1 pembuatan wayang berbahan dasar botol bekas dan kantong plastic.
Pelatihan tahap 2 pembuatan wayang berbahan dasar kardus bekas. Sedangkan
pelatihan tahap 3 pembuatan wayang sampah tradisional berbahan dasar kertas
bungkus susu formula. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a) Langkah
pertama pelatihan dilakukan dengan pengenalan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan, pengenalan bahan dan langkah-langkah pembuatan wayang dari sampah.
b) Langkah
kedua yaitu memulai pelatihan pembuatan wayang sampah sesuai dengan buku
panduan yang telah dibuat. Metode yang digunakan dalam pelatihan tersebut
adalah metode ceramah, demonstrasi dan praktek langsung.
c) Evaluasi
kegiatan pelatihan dilakukan dengan mengevaluasi proses pelatihan dan
mengevaluasi hasil wayang yang telah dibuat.
3) Belajar
Naskah
Kelompok sasaran mempelajari naskah
pementasan yang telah dibuat dan mempraktekkan cara memainkan naskah sesuai
dengan tokoh cerita yang ada.
B.
Pelaksanaan
1.
Penyampaian
materi tentang mitigasi bencana dan peduli lingkungan
Penyampaian materi dilakukan dengan dua
tahapan yaitu penyampaian materi di dalam kelas dengan metode ceramah dan
penyampaian materi di luar kelas dengan peserta 20 anak. Penyampaian materi di
luar kelas dilaksanakan dengan menyelanggarakan simulasi bencana susur sungai
gendol sambil mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di dalam kelas.
2.
Performance (Pertunjukkan)
Performance
(pertunjukan) merupakan follow up adanya pelatihan wayang sampah sebagai media
sosialisasi mitigasi bencana sejak dini dalam membentuk mental anak yang siaga
menghadapi bencana di kawasan rawan bencana Gunung Merapi. Pertunjukan wayang
berisi pembelajaran mengenai mitigasi bencana. Pertunjukan tersebut ditampilkan
oleh anak-anak pilihan dari kelompok sasaran. Pertunjukan tersebut disaksikan
oleh semua anak-anak yang tinggal di KRB Sindumartani. Performance ini diharapkan dapat membantu anak-anak yang tinggal di
KRB Sindumartani memahami mitigasi bencana sejak dini dengan pembelajaran yang
menyenangkan.
C.
Evaluasi
Program
Evaluasi program
dilaksanakan dengan metode angket yang diberikan kepada peserta pelatihan dan
penonton perform. Evaluasi dilaksanaan untuk mengetahui keberhasilan program.
D.
Tindak
Lanjut Program
Tindak
lanjut program dilakukan dengan membentuk struktur organisasai dan cara
melakukan pendampingan secara berkelanjutan kepada anak-anak yang sudah
mengikuti pelatihan wayang sampah sebagai media sosialisasai mitigasi bencana
sejak dini di KRB Sindumartani. Anak-anak yang telah mengikuti program
pelatihan wayang sampah dijadikan sebagai kader mitigasi bencana sejak dini
yang bertugas mewariskan pengetahuan yang dimiliki kepada generasi selanjutnya
melalui pertunjukan wayang secara berkelanjutan.
BAB III
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KEBERLANJUTAN
A.
Hasil
yang Dicapai
Hasil yang dicapai dari pelaksanaan program wayang
sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini adalah :
1. Terlatih
20 anak yang menjadi kader cilik tangguh bencana di kawasan rawan bencana
Sindumartani.
Sebelum
pelaksanaan program anak-anak di KRB Sindumartani tidak mengetahui cara-cara
mitigasi bencana. Saat ini anak-anak sudah mengetahui bagaimana menyikapi jika
terjadi bencana seperti jangan panik jika terjadi gunung meletus, tidak pergi
jauh-jauh orang tua, tidak bermain di sungai ketika hujan turun, jika terjadi
bencana langsung menuju ke balai pengungsian Sindumartani atau datang ketitik
pengungsian darurat yaitu Joglo.
2. Terlatih
20 anak yang memiliki keterampilan membuat wayang dari sampah dan peduli
lingkungan
Sebelum
pelaksanaan program anak-anak tidak memanfaatkan sampah menjadi benda yang
lebih produktif. Anak-anak hanya membuang sampah di bantaran sungai. Setelah
pelaksanaan program anak-anak tidak membuang sampah ke bantaran sungai. Anak
memilah-milah sampah yang dapat dimanfaatkan menjadi benda yang lebih
produktif, karena anak-anak sudah memiliki keterampilan mengolah sampah menjadi
wayang yang dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan.
3. Anak-Anak
di kawasan rawan bencana sindumartani mengetahui mitigasi bencana sejak dini
sehingga anak menjadi siap siaga bencana
Anak-anak di
Sindumartani belum pernah mendapatkan pendidikan mitigasi bencana, sehingga
anak-anak tidak mengetahui cara menyikapi bencana yang benar. Melalui kegiatan
wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini, anak-anak
di Sindumartani memiliki pengetahuan mitigasi bencana yang disampaikan melalui
cerita yang dapat diambil hikmahnya sehingga anak lebih mudah memahami materi
mitigasi bencana. Anak-anak merasa terhibur dengan pertunjukkan yang di
dalamnya terdapat unsur pendidikan yang diberikan secara tidak sadar sehingga
anak tidak merasa bosan dan digurui. Hal tersebut terlihat dari jawaban angket
yang dibagikan pada saat selesai pementasan. Anak-anak mengetahui cara mitigasi
bencana, yang terlihat dari jawaban-jawaban pada saat TIM memberikan pertanyaan
mengenai mitigas bencana. Setelah anak mengetahui cara mitigasi bencana maka
anak akan menjadi siap siaga bencana.
4.
Buku
panduan
Tersedianya buku
panduan mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah. Buku panduan
dimanfaatkan sebagai panduan pelaksanaan pendidikan mitigasi bencana sejak dini
dengan media wayang sampah.
B.
Potensi
Keberlanjutan
Potensi
hasil dalam program wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana
sejak dini adalah sebagai berikut:
1. Media hiburan
Program
wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini bermanfaat
sebagai media hiburan bagi anak-anak karena dikemas dalam bentuk pementasan
sehingga anak merasa senang dan tidak bosan.
2. Pemanfaatan sampah
menjadi benda yang lebih produktif
Program
ini sebagai upaya pemanfaatan sampah yang ada dilingkungan sekitar.
Sampah-sampah yang biasanya hanya dibuang di bantaran sungai dapat dimanfaatkan
menjadi benda yang lebih produktif seperti dibuat berbentuk wayang. Pelatihan
pembuatan wayang sampah juga mendorong anak untuk berpikir kreatif. Selain itu,
pelatihan ini mendorong anak untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
3. Media pendidikan
Wayang
sampah dimanfaatkan sebagai media pendidikan mitigasi bencana sejak dini,
Metode pendidikan mitigasi bencana ini disesuaikan dengan tahapan perkembangan
anak. Anak-anak lebih suka dengan metode belajar yang menyenangkan. Wayang
sampah digerakkan menyerupai tokoh-tokoh yang ada dalam naskah pementasan. Naskah-naskah
pementasan dibuat seperti cerita yang mengandung unsur pendidikan mitigasi
bencana dengan mengambil hikmah dari cerita yang dipentaskan. Wayang sampah
digunakan sebagai metode sadar bencana untuk anak usia dini melalui pemberian
pengetahuan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa bosan dan digurui.
Jadi wayang sampah dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan mitigasi bencana
bagi anak-anak berbasis lingkungan sehingga dapat membentuk mental anak yang
siaga menghadapi bencana serta peduli dengan lingkungan sekitar.
4. Buku Panduan
Buku
panduan digunakan sebagai sebagai panduan dalam menyelanggarakan pendidikan
mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah.
5. Artikel ilmiah tentang wayang
sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini di kawasan rawan
bencana Sindumartani
Artikel
ilmiah yang disusun dapat menjadi salah satu sumber referensi yang menyajikan
bentuk pendidikan mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Wayang sampah efektif
digunakan sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini di kawasan
rawan bencana Sindumartani. Wayang sampah efektif untuk menanamkan kepedulian
lingkungan kepada anak-anak sejak dini. Anak-anak mampu memanfaatkan sampah
sebagi media pembelajaran mitigasi
bencana sesuai engan daerah dimana anak-anak tinggal.
B.
Saran
Wayang
sampah selain digunakan sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini,
dapat juga dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan materi yang lain. Wayang sampah dapat
digunakan untuk media hiburan yang mendidik untuk anak-anak.
Wayang
sampah dipentaskan rutin di SD dan TK sekitar Kawasan Rawan Bencana
Sindumartani. Wayang sampah dipentaskan oleh kader cilik siaga bencana dibantu
oleh tokoh masyarat dan pendidik di SD atau TK yang bersangkutan, agar ilmu yang diperoleh dapat disebarluaskan
kepada orang.
Pementasan
wayang sampah dapat dilakukan di daerah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
A.Syalaby
Ichsan. 2014. Rawan Lahar Dingin Desa ini
jadi Tangguh Bencana http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/01/20/mzob5w-rawan-lahar-dingin-desa-ini-jadi-tangguh-bencana,
diakses tanggal 12 september 2014 pukul
08.00 WIB
Badan
Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. Mengatasi
Trauma dengan Sadar Bencana Alam diunduh dari http://republika.co.id
diakses pada tanggal 30 Januari 2015 jam 07.00 WIB
Catatan
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi (DVMG) Departemen Energi dan Sumber
daya Mineral http://DMVG.go.id,
diakses tanggal 12 September 2014 pukul 09.00 WIB
Pambudi,
Dholina Inang. 2014. Pentingnya Penanaman
Mitigasi Bencana Sejak Dini diunduh dari http://pgsd.uad.ac.id/penangananbencana
diakses pada tanggal 30 Januari 2015 jam 06.00 WIB
Pusat
pendidikan Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Upi Geografi. http://p2mb.geografi.upi.edu),
diakses tanggal 10 September 2014 pukul 15.00 WIB
No comments:
Post a Comment