Saturday, March 11, 2017

WAYANG SAMPAH SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI MITIGASI BENCANA SEJAK DINI



PROGRAM KEREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM-M)
WAYANG SAMPAH SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI MITIGASI BENCANA SEJAK DINI
DI KAWASAN RAWAN BENCANA SINDUMARTANI

Kerjasama dengan Pemerintahan Desa
BAB I
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
A.    Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Desa Sindumartani terdiri dari sebelas padukuhan yaitu Kentingan, Kalimanggis, Tambakan, Kejambon Lor, Kejambon Kidul, Kayen, Plumbon, Ngerdi, Pencar, Ngasem dan Koripan. Dari sebelas padukuhan tersebut yang dinyatakan aman hanya tiga yaitu Pencar, Ngasem dan Koripan. Masyarakat sasaran program ini adalah anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang ada di Desa Sindumartani.  Sebagian besar warga tinggal dibantaran Sungai Gendol yang menjadi jalur lahar dingin dan rata-rata tempat tinggalnya sangat berdekatan dengan tanggul. Meskipun banjir lahar dingin yang berupa material utama lumpur, pasir, batu dan disertai material tambahan kayu hanya di anggap bahaya sekunder, namun sangat membahayakan kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Gendol. Lahar dingin berpotensi meluap kepemukiman warga sehingga ketika terjadi banjir warga yang tinggal di KRB harus selalu waspada.
Mayarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tidak mau direlokai di daerah yang lebih aman. Mereka merasa bahwa tanah yang dipijaknya merupakan sumber mata pencaharian. Hal tersebut terjadi karena masyarakat sudah nyaman tinggal di bantaran sungai dan pencaharian masyarakat sesuai dengan potensi lingkungan yang ada. Jadi mau tidak mau anak-anak di sana tetap tinggal di daerah rawan bencana Sindumartani.
Pada tahun 2014 desa ini mulai dirintis menjadi desa tangguh bencana. Banyak Pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana yang diberikan yang diberikan kepada masyarakat yang tinggal di KRB Sindumartani, namun belum ada pendidikan mitigasi bencana untuk anak-anak. Anak-anak yang tinggal di wilayah KRB Sindumartani tidak tahu bagaimana cara menyikapi bencana. Anak-anak sering mengalami trauma bencana dan salah menyikapi bencana. Trauma bencana terjadi karena mereka belum mempunyai mental yang siap menghadapi bencana padahal mau tidak mau mereka harus akrab dengan bencana tersebut. Salah menyikapi bencana dapat terlihat dari anggapan akan-anak bahwa bencana itu sesuatu hal yang mengerikan dan merusak, padahal anak dapat menyikapi bahwa bencana itu sebuah anugrah. Bencana tidak semata-mata hanya membawa dampak negatif namun juga membawa dampak positif asalkan mereka tahu cara menyikapi yang benar. Oleh karena itu, Anak-anak perlu memperoleh pendidikan mitigasi bencana sesuai dengan tahap perkembangan.
Masyarakat Sindumartani yang tinggal di bantaran sungai sering membuang sampah di Sungai Gendol. Meskipun sudah ada larangan dari pihak desa, namun masih banyak masyarakat yang melanggarnya karena keterbatasan lahan yang dimiliki dan lebih mudah dilakukan. Hal itu menyebabkan penumpukan sampah dipinggir sungai. Jika kebiasaan buruk masyarakat tidak segera ditangani, hal tersebut dapat merusak pemandangan dan mengganggu aliran lahar yang melewati sungai tersebut. Anak-Anak di sana belum memilki kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dimana mereka berada.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Program-program yang diselenggarakan pemerintah belum pernah menyentuh mitigasi bencana bagi anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB)
2. Perlu adanya pendidikan mitigasi bencana bagi anak-anak sesuai dengan tahap   perkembangannya
3. Masyarakat Sindumartani yang tinggal di bantaran sungai sering membuang sampah di Sungai Gendol sehingga merusak pemandangan dan mengganggu aliran lahar yang melewati sungai tersebut.
C.    Alternatif Pemecahan
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas dapat diatasi dengan alternative pemecahan sebagai berikut:
1.  Menyelenggarakan pendidikan mitigasi bencana bagi anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB).
2. Menyelenggarakan pendidikan mitigasi bencana dengan metode sadar bencana yaitu pemberian pengetahuan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa bosan dan digurui melalui naskah pementasan.
3.   Membuat wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini.

BAB II
                                                               METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam program wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini adalah persiapan, pelaksanaan, evaluasi program dan tindak lanjut. Metode pelaksanaan tersebut diuraikan dalam tahap-tahap pelaksanaan program sebagai berikut:
A.    Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum dilakukan untuk mempersiapakan perizinan dan kerjasama, sedangkan persiapan khusus untuk mempersiapakan kegiatan sebelum pementasan.
1.   Persiapan Umum
Persiapan umum meliputi perizinan, kerjasama dengan pihak terkait seperti taruna siaga bencana (tagana), lembaga TPA Al-Muhajirin, PAUD SPS Permata Bunda Kejambon Kidul dan pihak kelurahan. Sedangkan persiapan khusus meliputi pelaksanaan pelatihan membuat wayang dari sampah dan belajar naskah.
2.   Persiapan Khusus
Persiapan khusus meliputi sebagai berikut:
a.    Sosialisasi Program dan penyampaian materi dasar
Bentuk sosialisasi program ini berupa penyebaran pamflet dan brosur, serta seminar bagi masyarakat dan anak-anak.  Tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk memperkenalkan gagasan tentang pentingnya mitigasi bencana sejak dini dan program wayang sampah sebagai media sosialisai mitigasi bencana sejak dini. Sosalisasi program dilaksanakan di Joglo Sindumartani dengan peserta anaka-anak, orang tua dan tokoh masyarakat. Sosialisasai program terdiri dari penyampaian pentingnya mitigasi bencana sejak dini, penyadaran bahwa mereka tinggal di kawasan rawan bencana oleh tagana dan sosialisasi program.
b.   Pelatihan membuat wayang sampah
1) Persiapan alat meliputi alat tulis kantor, LCD dan Screen, white board, laptop, sarana dokumentai, sarana dan prasarana tempat pelatihan. Persiapan bahan meliputi perangkat pembelajaran, materi dan alat evaluasi.
2)   Pelaksanaan pelatihan membuat wayang sampah
Pelatihan pembuatan wayang dari sampah terdiri dari 3 tahap yaitu pelatihan tahap 1, tahap 2 dan tahap 3. Pelatihan tahap 1 pembuatan wayang berbahan dasar botol bekas dan kantong plastic. Pelatihan tahap 2 pembuatan wayang berbahan dasar kardus bekas. Sedangkan pelatihan tahap 3 pembuatan wayang sampah tradisional berbahan dasar kertas bungkus susu formula. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a)  Langkah pertama pelatihan dilakukan dengan pengenalan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, pengenalan bahan dan langkah-langkah pembuatan wayang dari sampah.
b) Langkah kedua yaitu memulai pelatihan pembuatan wayang sampah sesuai dengan buku panduan yang telah dibuat. Metode yang digunakan dalam pelatihan tersebut adalah metode ceramah, demonstrasi dan praktek langsung.
c) Evaluasi kegiatan pelatihan dilakukan dengan mengevaluasi proses pelatihan dan mengevaluasi hasil wayang yang telah dibuat.
3)   Belajar Naskah
Kelompok sasaran mempelajari naskah pementasan yang telah dibuat dan mempraktekkan cara memainkan naskah sesuai dengan tokoh cerita yang ada.
B.  Pelaksanaan
1.   Penyampaian materi tentang mitigasi bencana dan peduli lingkungan
Penyampaian materi dilakukan dengan dua tahapan yaitu penyampaian materi di dalam kelas dengan metode ceramah dan penyampaian materi di luar kelas dengan peserta 20 anak. Penyampaian materi di luar kelas dilaksanakan dengan menyelanggarakan simulasi bencana susur sungai gendol sambil mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di dalam kelas.
2.   Performance (Pertunjukkan)
Performance (pertunjukan) merupakan follow up adanya pelatihan wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini dalam membentuk mental anak yang siaga menghadapi bencana di kawasan rawan bencana Gunung Merapi. Pertunjukan wayang berisi pembelajaran mengenai mitigasi bencana. Pertunjukan tersebut ditampilkan oleh anak-anak pilihan dari kelompok sasaran. Pertunjukan tersebut disaksikan oleh semua anak-anak yang tinggal di KRB Sindumartani. Performance ini diharapkan dapat membantu anak-anak yang tinggal di KRB Sindumartani memahami mitigasi bencana sejak dini dengan pembelajaran yang menyenangkan.
C. Evaluasi Program
Evaluasi program dilaksanakan dengan metode angket yang diberikan kepada peserta pelatihan dan penonton perform. Evaluasi dilaksanaan untuk mengetahui keberhasilan program.
D. Tindak Lanjut Program
Tindak lanjut program dilakukan dengan membentuk struktur organisasai dan cara melakukan pendampingan secara berkelanjutan kepada anak-anak yang sudah mengikuti pelatihan wayang sampah sebagai media sosialisasai mitigasi bencana sejak dini di KRB Sindumartani. Anak-anak yang telah mengikuti program pelatihan wayang sampah dijadikan sebagai kader mitigasi bencana sejak dini yang bertugas mewariskan pengetahuan yang dimiliki kepada generasi selanjutnya melalui pertunjukan wayang secara berkelanjutan.

BAB III
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KEBERLANJUTAN
A. Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai dari pelaksanaan program wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini adalah :
1. Terlatih 20 anak yang menjadi kader cilik tangguh bencana di kawasan rawan bencana Sindumartani.
Sebelum pelaksanaan program anak-anak di KRB Sindumartani tidak mengetahui cara-cara mitigasi bencana. Saat ini anak-anak sudah mengetahui bagaimana menyikapi jika terjadi bencana seperti jangan panik jika terjadi gunung meletus, tidak pergi jauh-jauh orang tua, tidak bermain di sungai ketika hujan turun, jika terjadi bencana langsung menuju ke balai pengungsian Sindumartani atau datang ketitik pengungsian darurat yaitu Joglo.
2. Terlatih 20 anak yang memiliki keterampilan membuat wayang dari sampah dan peduli lingkungan
Sebelum pelaksanaan program anak-anak tidak memanfaatkan sampah menjadi benda yang lebih produktif. Anak-anak hanya membuang sampah di bantaran sungai. Setelah pelaksanaan program anak-anak tidak membuang sampah ke bantaran sungai. Anak memilah-milah sampah yang dapat dimanfaatkan menjadi benda yang lebih produktif, karena anak-anak sudah memiliki keterampilan mengolah sampah menjadi wayang yang dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan.  
3. Anak-Anak di kawasan rawan bencana sindumartani mengetahui mitigasi bencana sejak dini sehingga anak menjadi siap siaga bencana
Anak-anak di Sindumartani belum pernah mendapatkan pendidikan mitigasi bencana, sehingga anak-anak tidak mengetahui cara menyikapi bencana yang benar. Melalui kegiatan wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini, anak-anak di Sindumartani memiliki pengetahuan mitigasi bencana yang disampaikan melalui cerita yang dapat diambil hikmahnya sehingga anak lebih mudah memahami materi mitigasi bencana. Anak-anak merasa terhibur dengan pertunjukkan yang di dalamnya terdapat unsur pendidikan yang diberikan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa bosan dan digurui. Hal tersebut terlihat dari jawaban angket yang dibagikan pada saat selesai pementasan. Anak-anak mengetahui cara mitigasi bencana, yang terlihat dari jawaban-jawaban pada saat TIM memberikan pertanyaan mengenai mitigas bencana. Setelah anak mengetahui cara mitigasi bencana maka anak akan menjadi siap siaga bencana.
4.   Buku panduan
Tersedianya buku panduan mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah. Buku panduan dimanfaatkan sebagai panduan pelaksanaan pendidikan mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah.

B.  Potensi Keberlanjutan
Potensi hasil dalam program wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini adalah sebagai berikut:
1.    Media hiburan
Program wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini bermanfaat sebagai media hiburan bagi anak-anak karena dikemas dalam bentuk pementasan sehingga anak merasa senang dan tidak bosan.
2.    Pemanfaatan sampah menjadi benda yang lebih produktif
Program ini sebagai upaya pemanfaatan sampah yang ada dilingkungan sekitar. Sampah-sampah yang biasanya hanya dibuang di bantaran sungai dapat dimanfaatkan menjadi benda yang lebih produktif seperti dibuat berbentuk wayang. Pelatihan pembuatan wayang sampah juga mendorong anak untuk berpikir kreatif. Selain itu, pelatihan ini mendorong anak untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
3.    Media pendidikan
Wayang sampah dimanfaatkan sebagai media pendidikan mitigasi bencana sejak dini, Metode pendidikan mitigasi bencana ini disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Anak-anak lebih suka dengan metode belajar yang menyenangkan. Wayang sampah digerakkan menyerupai tokoh-tokoh yang ada dalam naskah pementasan. Naskah-naskah pementasan dibuat seperti cerita yang mengandung unsur pendidikan mitigasi bencana dengan mengambil hikmah dari cerita yang dipentaskan. Wayang sampah digunakan sebagai metode sadar bencana untuk anak usia dini melalui pemberian pengetahuan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa bosan dan digurui. Jadi wayang sampah dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan mitigasi bencana bagi anak-anak berbasis lingkungan sehingga dapat membentuk mental anak yang siaga menghadapi bencana serta peduli dengan lingkungan sekitar.
4.    Buku Panduan
Buku panduan digunakan sebagai sebagai panduan dalam menyelanggarakan pendidikan mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah.
5.    Artikel ilmiah tentang wayang sampah sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini di kawasan rawan bencana Sindumartani
Artikel ilmiah yang disusun dapat menjadi salah satu sumber referensi yang menyajikan bentuk pendidikan mitigasi bencana sejak dini dengan media wayang sampah.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Wayang sampah efektif digunakan sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini di kawasan rawan bencana Sindumartani. Wayang sampah efektif untuk menanamkan kepedulian lingkungan kepada anak-anak sejak dini. Anak-anak mampu memanfaatkan sampah sebagi media pembelajaran  mitigasi bencana sesuai engan daerah dimana anak-anak tinggal.
B.     Saran
Wayang sampah selain digunakan sebagai media sosialisasi mitigasi bencana sejak dini, dapat juga dimanfaatkan sebagai media pembelajaran  dengan materi yang lain. Wayang sampah dapat digunakan untuk media hiburan yang mendidik untuk anak-anak.
Wayang sampah dipentaskan rutin di SD dan TK sekitar Kawasan Rawan Bencana Sindumartani. Wayang sampah dipentaskan oleh kader cilik siaga bencana dibantu oleh tokoh masyarat dan pendidik di SD atau TK yang bersangkutan,  agar ilmu yang diperoleh dapat disebarluaskan kepada orang.
Pementasan wayang sampah dapat dilakukan di daerah yang lain.



DAFTAR PUSTAKA
A.Syalaby Ichsan. 2014. Rawan Lahar Dingin Desa ini jadi Tangguh Bencana http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/01/20/mzob5w-rawan-lahar-dingin-desa-ini-jadi-tangguh-bencana, diakses  tanggal 12 september 2014 pukul 08.00 WIB

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. Mengatasi Trauma dengan Sadar Bencana Alam diunduh dari http://republika.co.id diakses pada tanggal 30 Januari 2015 jam 07.00 WIB

Catatan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi (DVMG) Departemen Energi dan Sumber daya Mineral http://DMVG.go.id, diakses tanggal 12 September 2014 pukul 09.00 WIB

Pambudi, Dholina Inang. 2014. Pentingnya Penanaman Mitigasi Bencana Sejak Dini diunduh dari http://pgsd.uad.ac.id/penangananbencana diakses pada tanggal 30 Januari 2015 jam 06.00 WIB

Pusat pendidikan Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Upi Geografi.  http://p2mb.geografi.upi.edu), diakses tanggal 10 September 2014 pukul 15.00 WIB


No comments:

Post a Comment