Saturday, March 11, 2017

Latar Belakang Program PKM-M Wayang Sampah

Latar Belakang Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat
Wayang Sampah sebagai Media Sosialisasi Mitigasi Bencana Sejak Dini

Foto Bersama Anak-Anak
Sambutan dari Pejabat Desa

Foto Bersama Kader Desa

Suasana Sosialisasi Program Wayang Sampah

Penyampaian Sosialisasi

Berdasarkan letak geografis, Indonesia berada di kawasan rawan bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan letusan gunung berapi. Menurut catatan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi (DVMG) Departemen Energi dan Sumber daya Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Indonesia memiliki gunung api kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70 diantaranya masih aktif.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Tujuan dari penanggulangan mitigasi bencana adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, menghargai budaya lokal, membangun partisipasi kemitraan publik serta swasta, mendorong semangat gotong-royong, kesetiakawanan dan kedermawanan serta menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  (http://p2mb.geografi.upi.edu).
Bencana yang terjadi tidak hanya menimbulkan trauma dan kegelisahan bagi orang dewasa, namun juga menimbulkan trauma dan kegelisahan bagi anak-anak. Mengingat kondisi fisik dan mental anak yang secara umum lebih lemah dan labil, maka dampak bencana lebih dirasakan oleh anak dan dapat berpengaruh pada optimalisasi proses tumbuh kembangnya. Umumnya dampak  negatif bencana yang bisa terlihat pada diri anak adalah trauma berkepanjangan, depresi, sikap apatis dan kehilangan semangat hidup.
Koordinator program penanggulangan resiko bencana DMC Dompet Duafa (DD), Ery Haryadi membenarkan bencana alam yang terjadi di Indonesia kerap membuat masyarakat belum siap menghadapinya. Pengurangan resiko bencana merupakan salah satu alternatif penting untuk mengurangi resiko bencana. Indonesia masih belum terbangun pola penanaman kebencanaan yang komprehenif khususnya ditingkat usia dini. (www.republika.co.id). Salah satu metode sadar bencana yang dinilai sukses adalah penerapan metode sadar bencana di Jepang. Anak-anak di jepang sudah dikenalkan dengan pendidikan mitigasi bencana sejak dini melalui setting tempat tinggal dan sekolah yang siap menghadapi bencana, penyediaan alaram jika terjadi bencana, simulasi bencana dan penyediaan alat-alat pendukung. Selain itu anak-anak mendapatkan pemahaman kebencanaan melalui film, buku bacaan hingga poter-poter yang menarik sehingga anak tidak merasa boan, dan digurui. Metode sadar bencana untuk anak usia dini melalui pemberian pengetahuan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa bosan dan digurui jadi sangat cocok diterapkan di Indonesia. Menurut Dholin Inang Pambudi, pemberdayaan anak usia dini untuk memahami mitigasi bencana merupakan langkah awal alam membangun masyarakat sadar bencana sehingga ketika terjadi bencana anak tidak lagi kebingungan dan panik (http://pgsd.uad.ac.id).
Desa Sindumartani terdiri dari sebelas padukuhan. Dari 11 padukuhan di Desa Sindumartani, delapan di antaranya ditetapkan pedukuhan terancam awan panas dan banjir lahar dingin di Sungai Gendol (http://www.republika.co.id). Program-program yang diselenggarakan pemerintah belum pernah menyentuh mitigasi bencana bagi anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB). Untuk mencegah hal tersebut,  di perlukan usaha dan penanganan yang tepat agar mampu menghadapi bencana dengan sikap yang benar. Sehingga diharapkan anak dapat kembali berada dalam situasi dan kondisi yang tidak menghambat optimalisasi dan perkembangannya dikemudian hari.
Selain wilayah Indonesia yang berada di kawasan rawan bencana, sampah juga menjadi permasalahan yang sangat dekat dengan masyarakat.  Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah jika diolah dengan baik dan benar tidak akan menimbulkan permasalahan, bahkan dapat memberikan keuntungan bagi orang yang mau mengelolanya. Namun kenyataannya masyarakat Desa Sindumartani yang tinggal di bantaran sungai dan masyarakat luar sering membuang sampah di Sungai Gendol. Meskipun sudah ada larangan dari pihak desa, namun masih banyak masyarakat yang melanggarnya karena keterbatasan lahan yang dimiliki dan lebih mudah dilakukan. Hal itu menyebabkan penumpukan sampah dipinggir sungai. Jika kebiasaan buruk masyarakat tidak segera ditangani, hal tersebut dapat merusak pemandangan dan mengganggu aliran lahar yang melewati sungai tersebut. Sejak dini anak perlu ditanamkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dimana mereka berada.
Kedua permasalahan tersebut sama-sama membutuhkan penanganan yang serius, oleh karena itu penulis ingin membuat program sosialisasi mitigasi bencana untuk anak-anak dengan menggunakan media wayang sampah. Wayang sampah adalah wayang yang terbuat dari sampah dan dibentuk menyerupai wayang-wayang pada umumnya. Keunikan dari wayang sampah ada lima yaitu harganya murah, mudah dibuat, melatih kreatifitas, membangun kesadaran lingkungan sejak dini dan sebagai media hiburan serta memberikan pengetahuan secara tidak sadar kepada anak-anak sehingga anak tidak merasa digurui. Anak-anak dilibatkan dalam pembuatan wayang tersebut sebagai wadah penyaluran keatifitas. Selain dapat mengurangi penumpukan sampah kegiatan tersebut juga digunakan sebagai upaya pengenalan mitigasi bencana sejak dini agar menumbuhkan kesiap-siagaan anak dalam menghadapi bencana terutama secara psikologis.


No comments:

Post a Comment