Latar Belakang Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat
Wayang Sampah sebagai Media Sosialisasi Mitigasi Bencana Sejak Dini
Foto Bersama Anak-Anak |
Sambutan dari Pejabat Desa |
Foto Bersama Kader Desa |
Suasana Sosialisasi Program Wayang Sampah |
Penyampaian Sosialisasi |
Berdasarkan
letak geografis, Indonesia berada di kawasan rawan bencana seperti gempa bumi,
tsunami, banjir dan letusan gunung berapi. Menurut catatan Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Geologi (DVMG) Departemen Energi dan Sumber daya
Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah Indonesia yang dinyatakan rawan gempa
dan tsunami. Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin
Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia.
Indonesia memiliki gunung api kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70
diantaranya masih aktif.
Menurut
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi. Tujuan dari penanggulangan mitigasi bencana adalah memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan
bencana secara terencana terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, menghargai
budaya lokal, membangun partisipasi kemitraan publik serta swasta, mendorong
semangat gotong-royong, kesetiakawanan dan kedermawanan serta menciptakan
perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (http://p2mb.geografi.upi.edu).
Bencana
yang terjadi tidak hanya menimbulkan trauma dan kegelisahan bagi orang dewasa,
namun juga menimbulkan trauma dan kegelisahan bagi anak-anak. Mengingat kondisi
fisik dan mental anak yang secara umum lebih lemah dan labil, maka dampak
bencana lebih dirasakan oleh anak dan dapat berpengaruh pada optimalisasi
proses tumbuh kembangnya. Umumnya dampak
negatif bencana yang bisa terlihat pada diri anak adalah trauma
berkepanjangan, depresi, sikap apatis dan kehilangan semangat hidup.
Koordinator
program penanggulangan resiko bencana DMC Dompet Duafa (DD), Ery Haryadi
membenarkan bencana alam yang terjadi di Indonesia kerap membuat masyarakat
belum siap menghadapinya. Pengurangan resiko bencana merupakan salah satu
alternatif penting untuk mengurangi resiko bencana. Indonesia masih belum
terbangun pola penanaman kebencanaan yang komprehenif khususnya ditingkat usia
dini. (www.republika.co.id).
Salah satu metode sadar bencana yang dinilai sukses adalah penerapan metode
sadar bencana di Jepang. Anak-anak di jepang sudah dikenalkan dengan pendidikan
mitigasi bencana sejak dini melalui setting tempat tinggal dan sekolah yang
siap menghadapi bencana, penyediaan alaram jika terjadi bencana, simulasi bencana
dan penyediaan alat-alat pendukung. Selain itu anak-anak mendapatkan pemahaman
kebencanaan melalui film, buku bacaan hingga poter-poter yang menarik sehingga
anak tidak merasa boan, dan digurui. Metode sadar bencana untuk anak usia dini
melalui pemberian pengetahuan secara tidak sadar sehingga anak tidak merasa
bosan dan digurui jadi sangat cocok diterapkan di Indonesia. Menurut Dholin
Inang Pambudi, pemberdayaan anak usia dini untuk memahami mitigasi bencana
merupakan langkah awal alam membangun masyarakat sadar bencana sehingga ketika
terjadi bencana anak tidak lagi kebingungan dan panik (http://pgsd.uad.ac.id).
Desa
Sindumartani terdiri dari sebelas padukuhan. Dari 11 padukuhan di Desa
Sindumartani, delapan di antaranya ditetapkan pedukuhan terancam awan panas dan
banjir lahar dingin di Sungai Gendol (http://www.republika.co.id).
Program-program yang diselenggarakan pemerintah belum pernah menyentuh mitigasi
bencana bagi anak-anak yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB). Untuk
mencegah hal tersebut, di perlukan usaha
dan penanganan yang tepat agar mampu menghadapi bencana dengan sikap yang
benar. Sehingga diharapkan anak dapat kembali berada dalam situasi dan kondisi
yang tidak menghambat optimalisasi dan perkembangannya dikemudian hari.
Selain
wilayah Indonesia yang berada di kawasan rawan bencana, sampah juga menjadi
permasalahan yang sangat dekat dengan masyarakat. Sampah adalah material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah jika diolah dengan baik dan
benar tidak akan menimbulkan permasalahan, bahkan dapat memberikan keuntungan
bagi orang yang mau mengelolanya. Namun kenyataannya masyarakat Desa
Sindumartani yang tinggal di bantaran sungai dan masyarakat luar sering
membuang sampah di Sungai Gendol. Meskipun sudah ada larangan dari pihak desa,
namun masih banyak masyarakat yang melanggarnya karena keterbatasan lahan yang
dimiliki dan lebih mudah dilakukan. Hal itu menyebabkan penumpukan sampah
dipinggir sungai. Jika kebiasaan buruk masyarakat tidak segera ditangani, hal
tersebut dapat merusak pemandangan dan mengganggu aliran lahar yang melewati
sungai tersebut. Sejak dini anak perlu ditanamkan kesadaran untuk peduli
terhadap lingkungan sekitar dimana mereka berada.
Kedua
permasalahan tersebut sama-sama membutuhkan penanganan yang serius, oleh karena
itu penulis ingin membuat program sosialisasi mitigasi bencana untuk anak-anak
dengan menggunakan media wayang sampah. Wayang sampah adalah wayang yang
terbuat dari sampah dan dibentuk menyerupai wayang-wayang pada umumnya.
Keunikan dari wayang sampah ada lima yaitu harganya murah, mudah dibuat,
melatih kreatifitas, membangun kesadaran lingkungan sejak dini dan sebagai
media hiburan serta memberikan pengetahuan secara tidak sadar kepada anak-anak
sehingga anak tidak merasa digurui. Anak-anak dilibatkan dalam pembuatan wayang
tersebut sebagai wadah penyaluran keatifitas. Selain dapat mengurangi
penumpukan sampah kegiatan tersebut juga digunakan sebagai upaya pengenalan
mitigasi bencana sejak dini agar menumbuhkan kesiap-siagaan anak dalam
menghadapi bencana terutama secara psikologis.
No comments:
Post a Comment